Apakah kehidupan ini adil? Kalau adil, kenapa ada yang kaya dan miskin? Cantik dan jelek? Gendut dan kurus? Berkulit putih dan hitam? Kata sebagian orang, perbedaan adalah sesuatu yang indah.

Perbedaan seperti apakah yang indah? Yang berbahagia dan yang menderita? Yang kenyang dan yang lapar? Kehidupan itu seperti apa ya? Seperti pasir yang terbentang bagai pasir di gurun. Dengan kasat mata, tidak bisa dilihat dengan jelas. Panas, gersang dan menyakitkan?

Namun dari semua itu, ada setetes embun yang akan menyejukkan jiwa. Jiwa yang dahaga, jiwa yang butuh pertolongan. Akankah setetes embun itu bisa datang bagi yang membutuhkannya?

Akankah, ada kepercayaan sedalam itu. Bila jiwa mereka telah terkoyak dan disakiti? Masih adakah harapan, bagi mereka yang percaya.. Apakah embun mendengar isak tangis mereka, mereka yang terpuruk dalam keputus asa-an. Karena suara hingarbingar kebahagian terlalu nyaring diantara mereka?

Kebisuan dan senyapnya malam, menusuk-nusuk ulu hati, bahkan jantung mereka. Senyuman tak pernah lagi singgah pada bibir yang biru karena kedinginan dan penderitaan. Akankah, mereka akan terus mengalami siksaan batin dalam tubuhnya.

Kemana kah embun pergi? Kenapa tidak langsung menyerahkan setetes saja embun pada jiwa yang kosong dan menderita. Sampai kapan lagi menunggu, harus kah sampai jiwa yang menderita itu, meninggalkan tubuh sebagai tempatnya menompang kehidupan sementara di bumi ini?

Mau mencari kemana lagi, bila jiwa terus menderita? Haruskah mereka menyerah, pada ketiadaan? Ketiadaan jiwa mereka yang terkoyak karena derita yang tak kunjung berhenti. Salah kah mereka yang berusaha mencari kehidupan yang lebih baik, ternyata sia-sia perjuangannya..

Kemana lagi mereka harus melangkahkan kaki? Bila tiada tempat bagi jiwa yang sudah terkoyak, harga diri, perasaan dan tubuh sudah tak ada nilainya. Yang ada hanyalah jiwa yang kering di dalam daging yang beku.. Namun setetes embun masih menjadi suatu harapan bagi mereka. Tinggal menunggu dalam keputus asaan, yang bertahan akan mendapat apa yang pantas menjadi miliknya.. Tapi kapan kah itu? Tak satupun diantara mereka bisa menjawab, namun di dalam jiwa mereka yang sudah terkoyak masih ada setetes harapan, harapan yang bisa menyegarkan dahaga akan kebahagian..


Batam, 19 April 2008

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health