Cuaca pagi Batam sedang tidak bagus. Dari semalam hingga pagi hujan terus. Seakan-akan langit menumpahkan segala isi hatinya hingga membuat daerah Batam diredung duka yang tak berkesudahan. Matahari pun seakan engggan menampak kan sinarnya. Jam sudah menunjukan pukul 08.00 WIB. Namun, diluar masih terlihat seperti jam 05.00 WIB. Meskipun, Anne jarang bangun terlalu pagi, tetapi cuaca mendung dan hujan semalaman membuat Anne cepat tertidur dan cepat terbangun di pagi harinya.

Suana mendung membuat Anne enggan untuk meninggalkan kasur nyamannya. Kalau tidak ada penerimaan karyawan di salonnya, Anne malas untuk cepat-cepat mandi dan pergi. Dengan langkah gontai, Anne keluar dan mengambil beberapa koran dan mulai membaca headline di koran harian lokal. Lagi-lagi tentang pemerkosaan.

Dunia ini sepertinya, isi dikepala hanya sex, sex dan sex saja. Tidak ada yang lain, tiga hari lalu anak SD memperkosa temannya, minggu lalu, ayah tiri memperkosa anaknya, dan kini orang yang baru kenal memperkosa anak SMP. Aneh, Anne jadi ingat dimasa dia masih duduk dibangu SMA, untuk urusan pacaran aja Anne masih enggan. Sekarang, anak kecil, SD tepatnya sudah pada punya pacar. Anne aja bingung perubahan yang sangat cepat terjadi pada isi dunia. Karena dunia tidak pernah berubah, tetapi orang yang tinggal didalamnya lah yang banyak berubah.

Bola mata Anne terus menerus membaca baris demi baris di kolom koran yang sedang dibacanya. Sekali-kali Anne mengela nafas dan merasa aneh dengan 'kenyataan' dunia yang ia tinggalin sekarang ini. Anak SMP diperkosa pria yang baru dikenalnya, perkenalan melalui telepon dan diajak ketemuan. Lalu, terjadilah pemerkosaan.

Anne kembali teringat masa kuliahnya. Masa itu, terasa sangat menyenangkan. Kuliah di Jogjakarta yang terkenal dengan sebutan kota pelajar, membawa Anne pada masa-masa yang tak terlupakan. Sewaktu di Jogjakarta, berbagai hal telah dialaminya bersama teman-temannya.

Bila mengenang masa-masa itu, Anne selalu merasa kangen dengan tiga sahabatnya yang sudah tak ada lagi disampingnya, hubungan hanya sebatas mengirim email, surat, paket dan telepon. Sudah mulai jarang bertemu. Lantaran, masing-masing sudah sibuk dengan urusan pekerjaannya dan sudah meninggalkan kota gudeng itu.

Kini, pikiran Anne kembali ke masa-masa kuliah. Pada saat itu lagi demen yang namanya chatting baik melalui YM (Yahoo Massanger) maupun MRC. Bahkan, sahabatnya, Inne selalu menghabiskan waktunya di warnet (Warung Internet) yang dekat dengan kampusnya. Tidak hanya sahabatnya yang dirundung demam chatting, tetapi beberapa kawan kostnya pun juga sama.

Kejadian-kejadian unik pun terjadi di dunia nyata. Nink yang merupakan playgirl di kost-kost-an tersebut, memang paling doyan 'ngerjain orang', terutama pria. Nah, mulailah bahaya dunia maya menjadi bahasa sehari-hari dan mungkin sudah pernah dialami, copy darat. Setelah perbincangan dilakukan lewat chatting mulai merambah ke telepon, lalu copy darat --bertemu di dunia nyata--

Anne terkadang merasa senang membunuh waktu bosan dengan chatting, tetapi hanya sebata chatting di cyber world dan jarang berlanjut di dunia nyata. Karena sangat aneh dan lucu. Namun, sebagian kawannya beranggapan menarik dan suatu tantangan.

''Aku tadi chatting dengan anak kampus sebrang. Katanya, ntar malam mau main kesini,'' ujar Nink membunyarkan lamunan Anne.

''Oh, ya. Jangan lupa suruh bawa coklat or makanan. Kalau nggak tak boleh datang,'' kata ku sambil tertawa.

Sudah menjadi tradisi siapa saja pria yang datang ke kost yang berisi 10 wanita cantik harus membawa makanan. ''Ya, katanya dia mau membawa martabak,'' kata Nink sambil tertawa-tawa geli. Soalnya neh korban merupakan korban yang kedelapan.

''Asyik neh, ntar malam kita bakal makan martabak,'' sambung Otin saat melintas didepan kami.

Kami hanya tersenyum dan Nink yang memang sudah sering menerima telp dari pria yang menjadi korban kedelapannya itu sudah bersiap-siap memanti malam datang. Ditambah tidak hanya si dia saja yang bakal datang, tetapi Riyan juga akan datang pada malam yang sama, hanya jamnya berbeda.

Jarum jam sudah menunjukan pukul 19.00 WIB, seperti biasa, para penghuni kost nongkorng di teras atas. Karena kostannya tingkat. Keuntungan kost disitu, pria tidak boleh masuk ke kamar atau naik keatas. Jadi, aman deh.

Nah, si korban kedelapan pun datang. Pada saat pria berambut gondrong itu datang, kami sedang berada di teras. Nink sedang berdiri membelakangi pagar dan sebagian dari kami duduk dikursi ada yang sambil ngemil, baca, SMS-an. Berbagai aktivitas pun terlihat disitu sambil menunggu pertunjukan dan tentunya menunggu martabak.

''Malam,'' sapa pria gondrong yang notabennya merupakan korban Nink yang kedelapan. Karena kebanyakan penghuni kost, tamu yang mau bermain harus nelpon terlebih dahulu, buat janji gitu.

''Malam, cari siapa?,'' tanya Nink. Oh ya, mumpung ingat, untuk teman chatting masing-masing penghuni kost mempunyai nama panggilan atau samaran. Nah, nama Nink untuk chatting Anggi.

''Kamu Anggi kan?,'' pria tersebut bertanya pada Nink. Karena pria yang datang itu menyeramkan, jelek, tidak menarik membuat Nink jadi ilfeel. ''Bukan,'' kata Nink cepat. ''Aku Nink,''

''Tapi suaranya mirip dengan Anggi,'' ujar pria itu tak mau kalah.

''Ye, dibilang salah ya salah. Koq ngeyel seh. Tanya aja ma yang lain,'' kata Nink membela diri.

''Cari siapa mas,'' tanya Helga yang posisi duduknya strategis.

''Angginya, ada mba?,'' ulang pria itu.

''Tadi Angginya pergi. Dia titip pesan, kalau temannya datang suruh nunggu. Tapi dia ngak bilang pulang jam berapa. Telpon aja ke Hp-nya,'' saran Helga.

''Saya ngak punya nomornya. Jangan ngerjain saya donk. Tadi, saya telp dianya ada,'' ucap pria itu denan nada tinggi.

''Ye, siapa yang ngerjain. Memang Angginya ngak ada. Lagi keluar,'' kata Nink dengan nada ketus.

''Brengsek banget. Sudah, aku tahu kamu tuh Anggi, jangan kaya gini donk. Saya kan sudah jauh-jauh dari concat kesini. Kan, di telepon saya sudah bilang kalo saya tuh orangnya jelek. Katanya ngakpapa,'' gerutu pria itu sambil pergi dan membuang bungkusan itu ke tong sampah.

Begitu dia pergi dengan motor satrianya. spontan ketawa yang tadi ditahan-tahan, meledak. ''Keterlaluan kamu Nink,'' kata ku sambil melempar bantal yang dari tadi pengen ku lempar kan ke Nink.

''Ye, orangnya jelek dan menyeramkan. Ogah deh, tenang aja martabak bakal tetap ada,'' sehutnya sambil tertawa.

''Seharusnya bukan kamu donk yang bicara, kan suaranya sama. Makanya dia marah,'' timpal Otin.

''Biarin,'' ujar Nink sambil cengengesan.

''Tuh, korban mu datang lagi,'' tunjuk Helga pada pria yang keluar dari mobil.

''suit... Riyan datang tuh,'' siul Anne pada Nink.

''Tenang, kali ini pasti dia bawa makanan,'' tutur Nink sambil melemparkan bantal ke arah ku.

''Mana makananya, kalau kesini wajib bayar pajak,'' teriak Otin pada Riyan.

Riyan yang mendengar tersenyum sambil berkata,'' Nih, ambil kesini. Kalau nggak tak bawa pulang lagi,''

''Ambil sana, An'' pinta Otin. ''Baju ku terlalu pendek. Baju mu kan lebih sopan dibanding kami.

''Ya deh, tapi jatah ku lebih banyak ya,'' kata ku sambil turun ke bawah.

''Hai, mana makanannya Yan,'' ujar ku sambil mengulurkan tangan.

''Kenalan dulu kek,'' katanya, ''Bener ngak Anggi,'' ujarnya mencari persetujuan. Anggi alias Nink hanya mengangguk sambil tertawa.

''Nama ku Kirei,'' sehut ku. ''So, mana tuh makanannya,''

''Kirey pakai I or Y,'' tanyanya

''Ya, pakai I donk yan berarti cantik dalam bahasa Jepang,'' jawab ku sambil meninggalkannya dengan membawa kantong plastin yang bertulisan morning bakery.

''Eh, tapi nama mu kan An, tadi kawan mu yang bilang,'' teriaknya.

''Itu nama panggilan di rumah. Kalau tuk kamu ya Kirei,'' sehut ku.

Akhirnya Nink dan Riyan meninggalkan kami dengan sekantong makanan. Sebelum Nink meninggalkan kami, dia mengajak Yuni untuk menemaninya.

Kebanyakan dari kawan-kawann bila copy darat selalu mengajak kawan atau di tempat keramaian dan tak mau diantar pulang. Mereka berpendapat, akan terlalu bahaya. Menghindari hal-hal yang tak menyenangkan terjadi.

Anne jadi kembali teringat saran-saran yang diberikan kawannya yang sekarang entah berada dimana. Bila bertemu dengan pria yang baru dikenalnya harus di lingkungan yang ramai. Ajak kawan yang bisa dipercaya. Jangan sampai bertemu di tempat-tempat yang sepi atau jauh dari lingkungan yang tak dikenal.

--cerita ini fiksi ya--
@By Citra Pandiangan

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health