Seperti biasa, Anne lagi bersantai di teras rumahnya. Sore hari merupakan moment yang tepat baginya untuk bersantai. Pekerjaannya sebagai penulis kolom di salah satu majalah nasional membuatnya banyak waktu untuk bersantai dan mendapatkan gaji.

Selain dari hasil tulisannya, keuangannya dibantu oleh bisnis butik dan salon kecil di salah satu mal di Batam, Kepulauan Riau. Hari itu, cuaca sedang bagusnya. Ia duduk di teras rumah sambil memandang halaman rumah yang mungil. Karena tinggal di Batam, tentunya perumahan yang sanggup di belinya hanya lah berkukuran tipe 36 itu pun di daerah Tiban Centre.

Bunga-bunga hias sedang bermerakan. Disamping meja mungilnya sudah tersedia cangkir yang berisi milkshake chocolate yang lezat dan laptop kecil, serta beberapa buku yang baru dibelinya. Buku yang paling menarik buatnya --saat itu—adalah buku selingkuh. Buku yan berwarna cover merah. Berada di antara buku-buku lainnya di Gramedia, membuatnya ingin membelinya.

Sebab ia teringat pengalaman pahitnya saat college dulu, pacarnya selingkuh dengan sahabat baiknya. Kali ini bukan membahas persoalan selingkuh mantan pacarnya. Melainkan ia mengenang cerita semasa di SMA terlebih dahulu.

Cuaca sore hari yang tenan dan suasana hati yang sedang baik, tentunya membuat kenangan yang telah lama terlupakan kembali teringat. Seperti kisah cinta sepasang muda-mudi yang tragis.

Kisah cinta antara Erlina dengan Jonnie tumbuh bersemi pada saat menempuh salah satu university di Phillipine. Mereka bertemu disana dan kisah cinta pun dimulai.

Erlina merupakan gadis yang sangat cantik dan pintar, ia memilih jurusan Informatika Managemen di sana. Sedangkan Jonnie merupakan pemuda kaya yang tampangnya lumayan dengan otak yang pas-pasan.

Namun mereka saling berbagi dan akhirnya jatuh cinta. Namun, cinta yang sudah bersemi selama tiga tahun di Negara orang itu, tidak mendapat restu dari masing-masing pihak keluarga perempuan dan pria.

Sidik punya sidik, ternyata keluarga itu sejak dulu bermusuhan. Mereka pun berusaha memisahkan hubungan tali kasih. Berbagai usaha, dilakukan agar mereka putus. Semakin besar tekad keluarganya memisahkan mereka, semakin besar cintanya hingga akhirnya masing-masing di bawa kembali ke Indonesia –lebih tepatnya di daerah mereka masing-masing—

Karena pendidikan yang mereka tempuh tinggal setahun lagi, berbagai usaha dilakukan agar bisa kembali ke Philipine. Akhirnya, orangtua mereka pun setuju agar mereka tidak saling membina hubungan, ditempatkan seorang untuk dijadikan bodyguard. Namun, mereka pun bertemu sembunyi-sembunyi. Cinta keduanya semakin kuat. Hingga akhirnya, mereka memutuskan untuk kawin lari.

Tapi sayang, rencana mereka telah diketahui hingga si ceweq di kurung dan tak boleh keluar rumah. Mengetahui itu, bahwa dirinya tidak bisa lagi melihat buah hatinya, Jonnie semakin murung dan bersedih. Hingga akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.

Sementara Erlina dengan berbagai cara berusaha terlepas dari cengkraman orangtuanya. Hingga suatu hari, ia mendengar kabar bahwa pria yang ia cintai itu telah gantung diri.

Kejadian itu sama sekali tidak disangka-sangka mahasiswa yang berada di asrama. Saat itu, Anto bertemu Jonnie dengan langkah gontai ia keluar dari kamar asramanya yang nyaman.

‘’Mau kemana Jon,’’ Tanya Anto.

Jonnie yang enggan berbasa-basi pun menyehut, mau membeli tali.

‘’Buat apa,’’ Tanya Anto lagi.

‘’Buat bunuh diri,’’ jawabnya jujur. Tetapi jawaban Jonnie hanya diangap guruan Anto saja.

Ternyata tidak hanya Anto saja yang mendapatkan jawaban itu. Saat melangkahkan kaki menuju warung yang jaraknya hanya lima meter. Lagi-lagi Jonnie bertemu kawannya dan menanyakan prihal yang sama.

Begitu juga saat berada di warung. Kebetulan penjaga warung tersebut mengenal Jonnie dan menanyakan hal yang sama. Lagi-lagi jawaban pria yang bertubuh jungkis itu pun sama.

Sesaat kemudian, Jonnie sudah membawa tali yang rencananya akan digunakan untuk menjerat lehernya dan meninggalkan kehidupan dunia fana ini untuk menghindari rasa sakit kehilangan cinta dan harapannya.

Waktu itu, sekitar pukul 11.00 WIB. Waktu pun berlalu cepat, kawan-kawan yang bertemu Jonnie saat membeli tali pun mulai curiga, suara sepi dari arah kamar Jonnie dan saat itu jam sudah menunjukan pukul 3.00. Suasana sepi membuat mereka curiga dan kompak untuk mendobrak kamar Jonnie yang berada di tengah.

Betapa terkejutnya kawan-kawan Jonnie saat melihat tubuh sahabatnya itu menggantung dengan leher menjulur keluar. Tubuh Jonnie yang berbalutkan t’shirt hijau bertulisan Love never ending itu sudah tak bernyawa lagi.

Para penghuni asrama pria tidak berani memegang atau memindahkan tubuh Jonnie yang berwarna kuning hinggga pihak ke polisian datang.

Mendengar kabar bahwa pria yang dicintainya itu pun bunuh diri. Erlina merasa tak percaya dan berlari ke arah asrama pria yang letaknya di arah Barat.

Begitu tiba disana, ia terkejut mendapati tubuh pria yang telah mengisi hari-harinya selama tiga tahun telah terkujur kaku. Saat itu, pikirannya kosong dan tak mengeluarkan air mata.

Kondisi itu, dialami Erlina hingga sekarang. Ia dinyatakan depresi, stresh hingga gila oleh dokter. Hal itu terjadi, karena tidak merasa yakin bahwa pria yang membuatnya tegar telah meninggalkannya dengan cara tragis.

Dua keluaraga yang saling bermusuhan tersebut, terpaksa kehilangan anak mereka dengan cara yang menyakitkan, yang ada hanyalah penyesalan belaka yang sia-sia.

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

1 komentar untuk Tragedi Cinta

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health

  1. Di sini juga ada tragedi cinta
    http://www.baladika.info/2008/02/27/tragedi-cinta-tomblos-koncreng/

    BalasHapus