Lemah... saat ini aku merasa lemah dengan diri ku sendiri. Merasa tak berdaya dengan keinginan ku. Merasa terkekang dalam pemikiran ku sendiri. Ingin rasanya meninggalkan semua kemelut kehidupan ini walau cuma sejenak. Do nothing or melakukan hal diluar kebiasaan sehari-hari.

Namun itu hanyalah kayalan sesaat, rutinitas yang padat, menjaga hati dan menawarkan hati --jualan kale-- Ternyata mengabungkan sesuatu yang berbeda itu sangat sulit. Tidak segampang yang ku pikirkan. Baru juga merasa kembali segar mendapat pengganti dia. Ternyata menjalani beberapa hari belakangan ini tidak menarik. Ya, sudah say good bye... Lagi-lagi ngejomblo lagi.

Beberapa sahabat karib ku kerap menelpon or SMS yang menanyakan, sudah ada calon kah? Apa mau ku kenalin, tetapi kiteria cowoq kamu dari dulu ngak berubah. Susah mendapatkan pria yang kami inginkan nona. Sebenarnya, aku sendiri ngak tau mau mencari sosok pria seperti apa.... --hehe lucu ya--

Sejujurnya dari dulu hingga sekarang yang paling ku takutkan --mungkin-- komitmen atau dunia ku berubah. Entah menjadi lebih baik or menjadi lebih buruk. Takut melangkahkan kaki atau membuka pintu lebar-lebar untuk sebuah komitmen hidup bersama.

Bukannya yang diatas tak memberikan jalan. Banyak petunjuk yang diberikanNya. Hanya saja, diri ku yang menutup atau 'pura-pura' tidak melihat. Ya, takut untuk menjadi seperti A, B, C, D, maupun M. Habis, mereka kalau ada masalah lari ke aku... ''tong sampah'' tempat meluapkan emosi dan kegalauannya -sahabat, saudara, kawan-. Ya, selain itu banyak kasus yang pernah ku lihat dan ku saksikan sendiri --menyeramkan--

Apalagi kalau menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius membutuhkan atau menyatukan visi dan misi. Memikirkannya saja, aku sudah sakit perut. Apalagi melaksanakannya. Cukup jadi 'pengontrol diri sendiri aja' Menyatukan persepsi, visi, misi dan sifat serta habit --kebiasaan-- ngak bisa ku bayangkan.

Hidup ini sangat unik bukan, sebagai 'penasehat' dalam pernikahan paling jago dan memberikan saran yang selalu tepat dan baik. Pernah sewaktu kuliah, kawan mau kawin lari. Pasalnya, orangtua ceweq --kawan ku-- tidak setuju dengan pacar anaknya saat ini. Pasalnya dari luar jawa.

Apalagi anaknya yang notabennya sahabat ku itu merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Jelas saja orangtuanya menolak. Keputusan kawin lari maupun langsung melamar tuh merupakan keputussan yang mau diambil sama N. Wah, repot donk. Mana aku kenal baik ma dua-duanya. Kawan ku panik, tuh N malah menyudutkan ku untuk membantu memecahkan persoalan yang terjadi pada mereka. Secara gitu, aku merupakan kawan dekat mereka.

Berdasarkan pengalaman --bukan pengalaman diri ku-- dan berbagai buku yang ku baca. Ku berikan satu alternatif. Kalau tidak salah, waktu itu menjelang Idul Fitri. Nah, aku yang memang waktu itu memilih tidak pulang dan ada misi untuk membuat keluarga sahabat ku itu menerima pinangan lelaki itu.

Misi itu pun berjalan dan orangtuanya mengorek informasi dari ku dan aku dengan hati-hati mengalihkan pembicaraan dan membuat berbagai perumpamaan yang laen. Alhasil, aku tidak tahu pasti. Yang jelas tuh anak, disuruh belajar terlebih dahulu.

Kembali ke kost dan berharap semua berjalan lancar. Tuh N tetap bersrikeras membawa tuh doski kawin lari --ngak capek apa-- Ya, pelan-pelan lagi aku memberikan petuah --macam betul aja-- Memberikan kesempatan pada doski tuk jujur ke orangtuanya. Sehabis itu, membawa keluarga N bertemu dengan doski.

Dengan berbagai pertimbangan aku sampaikan. Coba, bayangkan saja tiba-tiba anaknya dilamar tanpa persiapan terlebih dahulu. Apa coba pemikiran orangtua doski. Anaknya dah hamil? Padahal kan tidak!! Tetangga yang suka bergosip membuat keluarganya bisa merasa ngak nyaman.

Alhasil tuh sepasang muda-mudi yang jatuh cinta itu pun merenungkan dan memilih jalan yang ku berikan. Natal, perpisahan antara N dan doski. Aku bagaikan di teror sama si N. Ini susah dihubungi, bagaimana kalau dia berubah pikiran, bagaimana 100 bagaimana dilontarkan pada ku. Bahkan si N mempersalahkan ku, karena tak bisa menghubungi kekasih hatinya itu. Tau gitu, katanya, aku ajak aja dia kawin lari --capek deh, hehe--

Eh, selang seminggu. Tuh doski memberi kabar dan orangtuanya pengen kenal si N. Eh, bukannya datang sendiri malah membawa keluarganya. Alhasil, pinangan pun terjadi dua bulan kemudian. Em... cinta yang complecated. Nah, untuk itu aku belum siap mengambil keputusan itu. Sehingga putus -nyambung pun sering ku alami dengan mantan ku itu. Untuk yang baru ini, aku sudah merasa tak cocok. Ya, sudah aku putuskan untuk menikmati kesendirian ku.

Ya, daripada dah pada ngajak nikah tetapi ngak siap. Mending ngejomblo. Aku takut dunia ku berubah, aku takut hidup ku tak sama lagi dan aku takut, aku tak bisa menjadi istri yang baik --hehe-- masak aja aku ngak bisa, ngurus diri sendiri aja ngak bisa. Apalagi ngurus orang lain yang nantinya, notabennya adalah suami. Masih belum bisa ku bayangkan....

Em mengenai cinta. Ada teman ku melontarkan kata, masa ada orang yang baru mengenal dua hingga tiga bulan langsung menikah. Tentu saja ada, beberapa kawan ku pernah melakukannya. Itu karena prinsip, motivasi dan visi misi mereka sama. Mereka enggan untuk berpacaran. Selain faktor usia, mungkin juga karena sudah merasa cocok dalam memandang kehidupan kedepan.

Itu tergantung dari kepribadian mereka aja. Kalau memang pada dasarnya sudah siap berkomitmen tentu saja masalah itu tidak terlalu sulit bukan. Memang awalnya menyatukan dua persepsi dalam satu ruang tentunya susah. Perang dingin pasti, tetapi tinggal bagaimana menyelaraskan hubungan. Kalau dua-duanya sama-sama keras kepala, tentu susah.

Bukan berarti sang istri harus terus menerus dalam posisi mengalah. Suami atau pacar pria juga harus mengalah donk. Melihat situasi, mana yang harus mengalah dan tidak. Api sama api tentu saja kebakar. Kalau api sama air kan bisa menyejukan.

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health