Anne hanya tersenyum saja saat membaca surat-surat yang dikirimkan bagian redaksi majalah dwi mingguan, tempatnya sebagai kolomnis prihal curat para wanita. Banyak pembacanya yang mengeluhkan keterbatasan waktu dengan keluarga, jenuh terhadap rutinitas diperkotaan metropolitan. Tidak mempunyai biaya banyak untuk mengikuti gaya hidup kawannya yang high class dan masih banyak lagi keluhan lainnya yang sebenarnya bisa diatasi dan tidak rumit.

Ya, kehidupan yang sebenarnya menyenangkan jadi penuh dengan complecated. Karena sebagian orang hanya memandang dari sudut pandangnya. Anne terkadang berpikir di langit masih ada langit, sepertinya pepatah itu sangat tepat menggambarkan keluhan dari surat yan dibacanya saat ini.

Terkadang manusia hanya memandang keatas dan bukan ke bawah. Sehingga manusia beranggapan, kurang itu, kurang ini. Padahal, kalau memandang ke bawah, tentunya akan bersyukur dalam menghadapi kehidupan.

Saat Anne sedang merenung mencari ilham untuk menjawab beberapa pertanyaan yang sebagian besar hampir sama. Dimana jawabannya tidak harus mengurui, menghakimi dan memerintah. Jawaban yang bisa diterima oleh pemilik masalah dan pembaca.

Ting tong. . . Ting tong. . . Bell rumah Anne berbunyi dengan nada tidak sabaran. Berulang-ulang, tentunya pemencet bel yang tak sabaran. Bukan bellnya!!!. ''Ya, sebentar,'' teriak Anne dari dalam kamarnya. Sebelum melangkahkan kakinya kedepan. Anne sempat melirik kaca rias yang terletak disudut pintu. Rapi, pikir Anne sambil keluar dari kamar.

Suara bell pintu tidak berhenti, semakin cepat. Anne pun dengan sedikit mengerutu --dalam hati-- melihat tamu yang datang dan tidak tahu etika itu sudah membuatnya sedikit kehilangan kesabaran. Untunglah, Anne belajar mengendalikan emosi. Sebelum membuka pintu ruang depan. Anne manarik nafas dan mencoba memasang senyum terbaiknya.

Belum juga pintu terbuka, si tamu yang ternyata notabenya tetangga jauhnya itu lansung nyelonong masuk dan membuat Anne sedikit terkejut dan melogo. ''Wah ini, orang gak sopan amat,'' pikir Anne dan secepat kilat memperbaiki reaksi terkejut dan ketidaksukaan terhadap ulah tamu yang tak menyenangkan itu.

''Ada yang bisa dibantu'' ujar Anne sambil membuka pintu lebar-lebar.

''Aku gak suka banget, suami ku selingkuh. Bete ngak aku. Kenapa dia selingkuh padahal aku sudah berusaha sebaik mungkin jadi istri dan ibu bagi anak-anaknya,'' kata wanita itu terus sambil mengeluarkan unek-uneknya dan menghempaskan tubuh mungilnya di kursi sofa Anne.

Anne yang sama sekali tidak menyangka bakal kedatangan tamu, apalagi notaben tamunya tak begitu dikenalnya bingung. Kenapa, dia menceritakan prihal urusan rumahtangganya padanya. ''Kenapa, bisa berpikiran seperti itu,'' tanya Anne akhirnya. Mau tak mau harus melayani tamu yang datang.

''Jelas, aku tahu lah. Aku tahu dari beberapa kawan ku, dia selingkuh'' ujarnya dengan nada emosi.

''Tenang dulu ya mba,'' tutur Anne akhirnya. ''Kita lihat dulu persolannya seperti apa,''

''Kamu ini tidak tahu persoalannya, jangan sok tahu deh'' ujarnya ketus.

''Lalu, mba ke rumah saya tuk apa. Ada yang bisa saya bantu? Saya lagi banyak kerjaan lho mba,'' ujar Anne menekan suaranya agar tidak terkesan jengkel dengan kelakuan tamu yang ta diundang itu.

''Maaf, saya lagi kacau. Saya juga gak tahu mau ngapain kesini. Teman-teman saya sudah bosan mendengar keluhan saya. Entah, tau-tau ingat kamu. Saya kan sering langganan majalah itu. Makanya saya mau mencoba share dengan kamu, dek,'' tuturnya dengan nada lirih.

Uh, sabar-sabar, pikir Anne. ''Ya, sudah. Kalau memang mba tidak ada teman curhat. Ceritakan aja sekarang. Sapa tahu membantu meringankan,'' ungkap ku.

''Saya sudah menikah lebih dari enam tahun. Kelakuan suami saya berubah dratis belakangan ini. Kata-kata kawan-kawan, dia selingkuh dan sering jalan berduan dengan perempuan cantik'' katanya.

''mba sudah pernah menanyakan ke suami mba? Mengenai itu?,'' tanya ku.

Dia hanya mengangguk. ''Lalu, jawabannya apa?,''

''Suami ku bilang teman kantor. Kerjaan suami ku dilapangan. Jadi, habis ke tempat kline. Mereka makan diluar. Hubungan hanya sebatas kawan,'' ujarnya sambil tertunduk.

''Mba, terkadang apa yang dilihat dengan kasat mata belum tentu benar. Apa yang didengar samar-samar, belum tentu itu yang dimaksud,'' tuturnya. Anne menambahkan, ''Saya bukan mau mengajarin mba. Mungkin, bisa saja kelakuan suami mba mulai berubah. Karena pertanyaan menuduh dan sikap mba yang tidak welcome saat dia pulang,''

''Jadi aku harus bagaimana. Saya kesal mba, saya juga sudah berusaha membantu mencari uang untuk membayar cicilan rumah. Kalau mengandalkan gajinya saja, mana cuku,'' isak tangisnya pun keluar.

''Sikapi secara dewasa saja mba. Ingat masa-masa dahulu, sebelum menikah. Ingatkan kembali perjanjian dan tujuan hidup bersama. Mba juga harus menekan emosi. Jangan dia pulang, muka mba jutek dan menuduhnya macam-macam. Padahal, apa yang dikatakannya itu kemungkinan benar,'' kata ku.

''Mba, bisa saja dengan prilaku mba seperti itu. Ntar, jadi beneran lho. Sekali-kali, mba juga minta dikenalkan dengan rekan kerjanya atau mba undang dia ke rumah. Sapa tahu dia sudah punya pacar, bahkan suami,'' tambah ku.

Mendengar perkataan Anne, dia terkejut dan langsung terdiam. ''Kenapa aku harus berbuat seperti itu?,'' tanyanya.

''Ya, daripada mba berburuksangka terus. Ternyata tidak benar. Mungkin suami mba, malah menghargai sikap dewasa mba. Dibanding sikap kanak-kanakan yang akan berujung pada pertengkaran terus. Memangnya, mba mau rumah tangganya begini terus? Karena sikap mba yang cemburuan?,'' tanya ku balik.

''Aku coba sarannya ya. Mudahan benar. Aku gak tahu harus berbuat apa.Kalau dia sampai selingkuh,'' katanya.

''Ya, dicoba atau kalau tidak mempan. Coba mba dan dia sama-sama intropeksi diri sendiri ya. Saya tidak bisa membantu lebih jauh dan masuk dalam urusan pribadi mba dan suami,'' tandas ku.

****

Setelah pertemuan itu. Anne melanjutkan rutinitasnya seperti biasa. Belajar memasak, mengurus bisnis kecantikan dan butiknya. Serta mencari ide untuk menulis di kolom malajah dwi mingguan itu. Anne merasa hidupnya jadi lebih menyenangkan dan bersyukur tiap detik, menit dan jam. Saat jantungnya masih berdetak. Meskipun terkadang persoalan mengampiri, tetapi Anne berusaha untuk menghadapi dan bertindak dewasa. Walaupun terkadang juga bersikap childish.

Ting tong.. Suara bell rumah Anne berbunyi. Padahal, Anne baru saja pulang dari butiknya yang dari pagi hingga malam dijaganya.

''Sebentar,'' teriak Anne dari dalam. Ditaruhnya tas sekenanya. Lalu, dibukanya pintu. ''Pa kabar de,'' sapa tamu itu.

''Baik mba, ada yang bisa saya bantu,'' tanya Anne bingung.

''Ini saya de, yang tiga hari lalu datang kemari. Makasih ya nasehatnya. Manjur,'' ujar tamu itu.

''Eh, maaf mba. Silahkan masuk,'' ujar ku sambil membuka pintu lebar-lebar.

''Saya kesini mau ngucapin makasih dan mau ngantar ini cake. Kabarnya ade suka makan cake ya,'' katanya sambil tersenyum.

''Aduh mba, ngak usah repot-repot. Saya senang, urusan mba sudah beres,'' tutur ku tulus.

Wajah yang sebelumnya kusut itu, kini tampak berseri dan cantik. Menurutnya, saat mengungkapkan keinginannya untuk mengenal rekan kerjanya itu. Sempat terjadi polemik. Suaminya takut, kalau istrinya akan mengamuk dan mempermalukannya.

Setelah dijelaskan titik persoalannya. Suaminya nampak senang dan bahagia. Karena istrinya mau membuka pikirannya, daripada mengurusin gosip yang tidak benar. Ternyata omongan suaminya terbukti. Rekan kerjanya dalam waktu dekat juga akan menikah dengan pacarnya.

Terkadang, bila kita terus mengikuti omongan orang atau kawan yang tidak benar. Malah membuat hubungan yang seharusnya harmonis menjadi tak bahagia. Dengan sikap saling mencurigai, memusuhi malah akan membuat pertengkaran dan persoalan baru. Tetapi dalam menyikapi persoalan dengan lebih bijak dan dewasa akan menambah wawasan dan kebijaksaan baru. Walaupun, terkadang sulit untuk bersikap dewasa dan sabar. Tetapi, tidak ada salahnya kan dicoba.

--to be continue--

--Cerita ini hanya fiktif ya--

©By Citra Pandiangan

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health