Banyak kasus yang terjadi mengenai pergaulan remaja, yang terkadang diluar logika sebagai orangtua --gue masih belum menjadi orangtua seh--. Diganti aja diluar pemikiran orang dewasa. Pasalnya, pergaulan remaja saat ini tidak bisa lagi dikatakan sebagai kenakalan pelajar pada umumnya. Untuk urusan berantem, masih bisa dimaklumin, asalkan tidak anarkis.

Nah, kalau kenakalannya sudah berbau seks atau free seks? Apakah itu masih bisa disebut kenakalan remaja? Untuk itu, hanya kamu yang bisa menjawab --karena persepsi orang beda-beda mengenai hal tersebut--

Belakangan ini Kepulauan Riau dihebohkan dengan pesta seks anak SMP yang terjadi di Batam. Nah, kali ini di Kota Tanjungpinang dihebohkan pelajar SMA yang 'membunuh' bayi dengan cara mengenaskan. Menilik kejadian tersebut, sebenarnya salah siapa ya? Orangtua or anak itu sendiri?

Sejauh yang ku tahu, orangtua menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Bahkan, diusia ku yang segini neh, kalau aku belum pulang hingga jam 00.00 maupun jam 01.00 dini hari, orangtua ku sibuk menelpon dan menunggu hingga anak gadisnya pulang. Padahal, notabenya aku sudah bukan pelajar lagi. Tetapi, aku tetaplah berstatus anak. Baik sudah bekerja maupun sudah menikah --kelak-- Bahkan kalau pun aku juga sudah memiliki anak. Status itu tidak bisa dihilangkan dengan sabun, dengan harta, maupun dengan apa pun di dunia ini. Karena status itu abadi, anak tetap lah anak. Meskipun kamu juga sudah memiliki anak.

Nah, kembali pada pergaulan. Melihat kasus 'SK', gadis remaja itu termasuk dalam katagori over protective. Orangtuanya terlalu mengekang gerak-geriknya, tidak bisa pergi sendiri. Bahkan cendrung mengurungdiri di kamar dengan berbagai snack atau makan ringan yang disukainya.

Apakah itu cara yang ampuh untuk melindungi anak dari pergaulan yang tidak menyenangkan. Menghindari dari pengaruh buruk. Nyatanya? Dia malah hancur berkeping-keping. Melakukan hubungan layak suami-istri. Bahkan dilingkungan sekolah, khususnya kamar mandi sekolah, di jam istirahat --gilber-- Bahkan menurut kabar, sejoli yang sedang mabuk asmara ini sering melakukan hubungan intim, hingga tidak teringat lagi. Tidak hanya itu saja, mereka kerap mencuri waktu.

Koq bisa? Padahal SK sangat dilindungi orangtuanya. Nah, di sekolah itulah, mereka kadang suka bolos. Untuk melakukan itu disetiap kesempatan. Sungguh mantap bukan? Kalau sudah begini siapa yang mau disalahkan?

Jadi teringat percakapan dengan p Arifin, Kapolsek Bukit Bestari. Pada saat itu, aku hendak mau menemui tersangka. Namun tak diizinkan. Pasalnya, kasihan tuh anak nanti tertekan dan masa depannya hancur kalau terus menerus di blow up di media.

Akhirnya, wawancara ku berdasarkan pantauan dan komentar tuh bapak dua anak itu. Tidak hanya membahas mengenai tuh anak, tetapi juga mengenai pergaulan dikalangan remaja. Apalagi bapak itu pun juga memiliki dua anak remaja.

Anak remaja saat sekarang ini sudah mengenal pacaran. Tidak hanya anak SMP tetapi jua anak SD. Bahkan ttuh anak-anak kalau patah hati bisa stres sendiri. Wah, kaya orang dewasa saja ya. Bagaimana ya mendidik anak saat ini, terlalu bebas berbahaya, terlalu mengekang jua tak baik. Lalu, bagaimana?

Kembali pada pengajaran di rumah dan memberikan kebebasan tetapi masih dalam undercontrol orangtua. Seperti orangtua ku memberikan kebebasan pada diri ku sejak aku SMP. Namun, waktu yang diberikan malah jarang ku gunakan. Itu, karena merasa jenuh dan tak menarik --hehe--

Oke deh, aku mau mandi dulu. Mau siap-siap melakukan aktivitas seperti biasa. Habis, tak ada yang luar biasa. Namun, tinggal bagaimana menyingkapi itu semua. Benerkan?

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health