Menghabiskan waktu luang memang asyik dengan mengisi membaca buku, salah satunya buku karya Rosie Rushton, dengan judul Just Don't make a Scene Mum, kalau di Indonesiakan, Jangan malu-maluin dong, Mum. . . Ada-ada aja kisah yang diluangkan dalam buku dengan 200 halaman, ada banyak kisah dalam buku tersebut, seperti kisah Laura. Laura memiliki problem, ayah dan ibunya bercerai. Ayahnya kumpul kebo dengan Bety, yang dipanggilnya BsB (Bety si Bengis), sedangkan ibunya berpacaran lagi dengan Melvyn, yang dijuluki si Tengil Melvyn.

Hidup Laura menderita, ketika mengetahui mamanya berciuman dengan si tengil Melvyn di depan umum. Hidupnya terasa sangat menyedihkan malu, sedangkan dia sendiri tidak bisa berkata apa-apa terhadap perbuatan ibunya.

Nah, dia lalu memutuskan untuk curhat di radio di Hot FM. Pada saat dia curhat di radio mengenai persoalannya itu, penyiar radio menyadari bahwa ternyata itu adalah anak dari sahabatnya. Pada saat bersamaan orangtua dari Laura yang memakai nama samaran pada saat on air mendengarnya. Reaksinya marah, kesal dan malu, tentu saja.

Lain lagi dengan persoalan Jemma, ibu Jemma suka mendandani Jemma, serta memperlakukannya bagai anak yang berusia 11 tahun, padahal umur Jemma udah 14 tahun. Ditambah lagi, ibu Jemma suka memanggilnya dengan sebutan manis, sayang, petal alias kelopak bunga di depan umum. Duh. . . malunya, itu lah yang di rasakan Jemma.

Berbeda kisah dengan Sumitha, ayahnya ngotot untu mempertahankan tradisi India merea. Walaupun mereka sudah lama tidak tinggal di India. Sumitha ingin potong rambut, namun ayahnya melarang keras Sumitha potong rambut. Apalagi makai make plus punya pacar, nggak mungkin tuh. So complicated hidupnya.

Berbeda dengan Chelsia yang harus mendengarkan ibunya yang 'sok' mengerti kehidupan remaja. Kenyataannya, ibu Chelsia tidak seperti itu. Bukannya mendengarkan persoalan anaknya, tetapi malah bersikap genit dengan cowoq yang ditaksir Chelsia.

Lain lagi dengan Jon, Jon memiliki masalah dengan ayahnya yang suka memaksanya selalu belajar dan tidak pernah mengizinkannya menikmati hidup remajanya. Ayahnya hanya memperhatikan dan menuntut Jon untuk terus berminat pada yang barbau akademis. Padahal Jon tertarik pada kalikatur.

Dibalik masalah pelik tersebut, kelima remaja ini menginginkan pergi ke pub. Bisakah kelimanya pergi ke pub dan menyelesaikan persoalan yang menganjal hidupnya. Menarik, dalam satu buku banyak masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan dan pada akhirnya, happy ending, karena antara orang tua dan anak saling memahami dan mengerti antara satu sama yang lain.... Seru deh!!!!

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health