Wajahnya lugu dan tak berdosa di gendong 'wanita jadi-jadian' yang di panggilnya mama. Dia datang ke kantor polisi, karena habis di perkosa. Dia adalah anak yang baru berusia 3 tahun lebih, masih belum tahu apa-apa.

Wajahnya lugu dan dana bicaranya polos, tidak di buat-buat. Kedatangannya di dampingi mama angkat yang sudah membesarkannya sejak masih bayi merah.

Tidak disangka, dia merupakan korban pemerkosaan. Bahkan enam kali di lakukan oleh pria yang disebutnya om buyung. Embel-embel permen menjadi senjata pria berumur 38 tahun itu dan tetap masih memujang.

Bisa-bisanya dia melakukan perbuatan bejatnya pada bocah lugu di ruang kamar kostnya yang dikunci dari dalam. Bahkan, dengan nada dikit bingung, anak itu pun menceritakan, celananya di tarik, burung di masukan ke kemaluannya. Tentu saja, anak itu meronta, tetapi, ya namanya anak-anak mana tahu itu apa.

Bahkan, dia bisa mempraktikan gerakan laki-laki itu mengagahinya. Kampret ! ! ! ! ! Ingin aku maki, tapi sapalah aku, Bajingan, ingin rasanya ku tendang, dan ku hukum tuh pria bajingan itu. Tapi aku bukanlah aparat, hakim dan penuntut umum untuk bisa melakukan apa yang ingin ku lakukan.

Aku hanya bisa mendengarkan, menulis dan bertanya. Walaupun dalam hati ku kesal dan geram dengan tindakan pria tak bermoral itu. Kenapa ya, masih saja ada kasus pencabulan, pemerkosaan terhadap anak di bawah umur, balita, bahkan. Apa yang dilihatnya dari sosok anak kecil yang dengan tulus memanggil om dan tak punya pemikiran buruk.

Sebegitu bejatnya kah sekarang tingkah laku manusia, aku memang lah bukan juri maupun tim penilai. Namun, alangkah ironisnya, jika kasus-kasus serupa selalu terulang dan terulang kembali. Salah siapakah ini???

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health