Kami berdiam, mata kami hanya menelusuri parkiran yang sudah mulai ramai. ''Lagipula,'' lanjutku, ''Aku merasa tidak enak dengan Raymond. Aku menolak tawarannya. Bagaimana aku bisa bekerja dengan nyaman.''


''Iya juga seh,'' sahut Fanny bingung, ''Terserahlah, semua keputusan ada ditanganmu.''


Kembali Fanny memandangku, ''Sebagai sahabat, teman,'' sahut Fanny sambil menggenggam jemariku, erat, ''Apapun yang kamu pikirkan dan lakukan. Aku akan mendukungmu, wanita super,'' ujar Fanny sambil memelukku lagi.



Semenit kemudian dia pun pergi meninggalkan ruanganku. ''Back to work,'' katanya sambil tertawa. Aku pun mengangguk, kepergian Fanny membuatku berpikir, inikah keputusan yang tepat untukku.


***


''Jack, kenapa kamu memperlakukan aku seperti ini,'' keluh Audrey, ''Aku kan juga manusia.''


''Memangnya, kamu maunya aku bagaimana?'' tanya Jack ketus.


''Dibulan madu kita saja kamu malah asyik bekerja dan tidak memperhatikan aku,'' ujar Audrey mengingatkan, ''Percuma, kita pergi ke Bali selama seminggu, kalau aku hanya berdiam diri di hotel.''


''Itu urusanmu,'' ujar Jack membela diri, ''Kenapa kamu tidak jalan-jalan dan belanja.''


Jack bangkit berdiri dari tempat duduknya, ''Apa perlu kujelaskan lagi Dri,'' sahut Jack masih dengan nada marah, ''Pernikahan kita ini hanya sandiwara sampai anakmu lahir, tidak mengertikah kamu!''


Mendengar perkataan Jack, Audrey marah. ''Ingat ya, ini bukan anakku seorang,'' bentak Audrey, ''Ini juga anakmu. Harus berapa kali aku bilang.''

''Whatever.''


''Ya, terserah,'' jerit Audrey, ''Kamu memang lelaki lemah dan parah. Tidak bertanggungjawab atas perbuatannya. Ok, kamu memang menikahiku.''


''Lalu, mau mu apa,'' ujar Jack sinis. ''Jangan terlalu berharap lebih Audrey, karena kamu tidak akan mendapatkan apapun.''


''Wajar, aku kan istrimu,'' ujar Audrey kembali mengingatkan, ''Biar bagaimanapun, aku adalah istrimu yang sah baik secara hukum dan agama.''


Saat Jack mendengar perkataan Audrey dia pergi meninggalkan Audrey yang sedang duduk di ruang tamu seorang diri. ''Jangan pergi Jack, kalau aku lagi bicara!,'' kata Audrey setengah berteriak, ''Jack… Jack mau kemana kamu.''


''Terserah aku,'' kata Jack sambil membanting pintu depan. ''Lagipula, aku sudah memberikan yang setimpal atas hubungan kita sebelum kita menikah.''
''Ya Tuhan kenapa jadi begini,'' jerit Audrey lebih pada dirinya.


***

Dua bulan lalu, Audrey tidak sengaja bertemu Jack di rumah sakit, saat Ellen dirawat. Pada saat itu, Audrey meminta tolong diantar pulang ke rumah.


Namun, karena jalan sedikit macet dan gerah. Jack mengajak ke café terdekat. Di sana mereka minum-minum --minum yang mengandung alkohol--
Keadaan jadi tidak terkendali, Jack yang merasa tidak nyaman mengantar Audrey pulang dalam keadaan mabuk.


Mengajaknya ke apartemennya. Sampai di apartemen Jack, Jack yang pertama tidak bisa menahan godaan untuk tidak menyentuh tubuh Audrey.


Saat itu, Audrey memakai rok span pendek dan blus tangtop.


Pemandangan itu, membuat iman Jack tidak kuat. Apalagi, saat dia menuntun Audrey yang sudah mabuk masuk ke dalam kamarnya. Disitulah terjadi hubungan terlarang.


Begitu terbangun dari tidurnya dan tersadar pada kenyataan, Audrey merasa terkejut melihat tubuhnya sudah tidak memakai pakaian selembarpun. Disampingnya sendiri, Jack tertidur nyenyak, sama seperti dirinya tanpa menggunakan pakaian.


''Apa yang terjadi?,'' tanya Audrey dengan kepala yang masih pusing.


Jack yang mengetahui Audrey sudah terbangun, berusaha duduk, ''Apa kamu tidak ingat,'' katanya, ''Kita melakukannya atas dasar suka sama suka. Seperti yang pernah kamu lakukan pada pria lain.''


Jack berusaha mengambil selimut sebelum berujar, ''Kamu sudah tidak perawan bukan?''


''Apa maksudmu bicara demikian,'' ujar Audrey menuntut Jack menarik perkataannya. Masih dalam keadaan marah, Audrey berujar, ''Aku tidak pernah berhubungan dalam keadaan mabuk.''


''Masa? Kamu tidak ingat.''


''Dasar bodoh mana bisa aku ingat,'' kata Audrey dengan suara melengking, ''Kamu laki-laki yang tidak gentleman mengambil kesempatan disaat aku mabuk,'' Audrey menambahkan dengan nada marah.


Jack berusaha bangun dan menghampiri Audrey yang masih duduk dengan menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya yang tidak menggenakan sehelai bajupun. ''Tenang dulu lah,'' pinta Jack, ''Pasti ada jalan keluar.''

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health