Dia duduk termenung, matanya yang sayu kian meredup. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Dia hanya duduk dan memandang lantai ubin di teras rumahnya. Sekali-kali, ia menatap jalanan. Melihat sekelilingnya. Namun dia lebih senang menghitung ubin di lantai terasnya.


Sekali-kali, terdengar suara isak tangis yang tertahan. Kepedihan yang dirasanya kian menusuk relung jiwanya. Dia kesepian. Dia tertekan batin. Tak seorang pun peduli padanya. Apakah ini yang dinamakan hampa? Kesendirian? Patah hati.


Dia kembali teringat akan harapan cintanya. Kenapa dia jatuh cinta pada penjahat? Yang menjual kata-kata atas nama cinta. Kenapa dia harus percaya? Jika dia pernah merasakan sakitnya menanti tanpa tujuan.


Adilkah hidup seperti itu? Apa yang dia takutkan untuk menjalani kehidupan tanpa penantian. Akan kah harapannya hanya sia-sia. Sudah lama dia tidak bermimpi. Baik itu mimpi buruk atau mimpi indah. Karena hidupnya sendiri bagai di ujung tanduk.


Akan kah ia tidak lagi menjadi gadis lugu. Gadis yang hanya mengharapkan satu keajaiban. Akan kah keajaiban itu akan datang pada dirinya kelak, untuk membuktikan bahwa dia bukan lah sekedar menanti dengan harapan kosong.

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health