Dear diary, perasaanku belakangan ini kacau balau, aku bahkan sudah dua minggu tidak pergi ke gereja. Karena aku memang enggan pergi. Kalau ada buku 101 alasan untuk ngibulin mama untuk tidak berbakti di gereja, pasti akan ak baca sampai tuntas dan kupraktikan langsung. Sungguh, sebenarnya bukannya aku tidak mau ke gereja, hanya saja belakangan ini makin aku sering ke gereja di sini di tempatku berada sekarang ini, imanku bukan tambah kuat tapi makin LEMAH. 



Berbeda sewaktu aku berada di Jakarta, sesibuk apapun pekerjaanku dan secapek apapun kondisi badanku di malam rabu, hari sabat, aku pasti meluangkan waktu untuk TUHAN. Tetapi disini koq aku makin lemah saja. Sumpah, gerah dan membosankan! Tidak ada greget yang bisa membakar gelora batinku untuk semakin dekat dengan Tuhan.


Dear diary, sejak papa pergi meninggalkanku untuk selamanya. Papa memintaku untuk menyentuh Alkitab setiap hari. Jangankan menyentuhnya, membaca saja aku sudah jarang. Berdoa saja seakan-akan hanya kewajiban yang bukan datang dari hati. Benar-benar seperti robot yang mengucapkan kata tanpa empati. This is not the real me actually!!!!


Aku selalu mencurahkan isi hatiku pada Tuhan, dear diary, aku selalu berdoa tiap malam, tengah malam, tetapi sejak papa pergi. Berdoa bagiku hanya sebatas untuk mengingatkan doa makan, doa mau tidur saja yang kuucapkan serta doa bangun pagi tanpa rasa syukur. Bukan berarti aku tidak menghargai kehidupan yang Tuhan berikan kepadaku. Aku hanya merasakan kehampaan dan ketidak berdayaanku. Kematian papa membuat batinku hampa, setiap hari berganti membuatku kian mati rasa. Aku takut dan senang. Bila dipresentasikan 50:50. Apakah aku salah? Sudah begitu seorang imam seharusnya menguatkan anaknya tetapi ini malah melemahkan anak-anaknya. Heran aku sungguh heran, memang manusia dan hamba Allah tidak ada yang sempurna. Karena kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan saja.


Tetapi sebagai manusia biasa dan memiliki pengharapan biasa, berharap diberikan semangat dan motivasi untuk hidup itu sangat penting dikala anaknya sedang berduka. Ini malah membuatku kian tidak memiliki rasa empati. Sungguh terlalu!!!!!!


Dear diary, aku hanya menuliskan rasa yang kurasakan hari ini. Hari ini aku uring-uringan. Padahal kemarin 100 persen aku sudah pulih dan sudah kembali menata perencaan hidupku mulai dari kembali membuka lembaran Alkitab yang akan kubaca saat bangun dan mau tidur, mau kembali menyerahkan setiap beban hidup dan kuatirku hanya kepada Tuhan! Tetapi seorang hamba Allah mengacaukan semuanya. Aku tahu, ketidak sempurnaan setiap manusia dan hamba Allah itu selalu berbeda.... Tetapi aku tidak mengharapkan yang satu ini.


Dear diary, meskipun demikian. Aku yakinkan diriku bahwa Tuhanlah yang membuat aku akan kembali percaya kepadaNya dan kembali ke jalan yang Tuhan sudah tentukan dalam kehidupanku dan aku juga telah menentukan jalan apa yang akan aku ambil, Aku akan kembali menggali firman Tuhan karena tahun ini aku kembali melanjutkan menulis proyek yang tertunda dua tahun yang lalu mengenai keajaiban Allah yang telah dia berikan dalam hidupku.

Segala cobaan, rintangan dan jalan keluar selalu Tuhan berikan. Biarlah hamba Allah maupun manusia-manusia membuatku kian lemah tetapi aku yakin suatu saat Tuhan akan mengembalikan diriku yang dulu. Anak hilang akan kembali kedalam pangkuan Bapanya yang di Surga. Menceritakan setiap kisah hidupnya dalam doa yang tiada berkesudahan.......................

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health