Sudah tiga hari aku berada di Tanjungpinang, namun terasa seperti sudah tiga abad. Terlalu berlebih, kalau di bilang tiga abad, ya... tiga tahun lah. Tentunya, aku memiliki alasan yang jelas. Kenapa, aku sampai bilang seperti itu.

Kehidupan di Pinang, berbeda dengan di Batam. Bahkan, sangat jauh perbedaannya. Untuk menenangkan diri, Pinang merupakan kota yang cocok untuk menghindari hiruk piruk perkotaan. Karena, nuansanya masih seperti di 'kota kecil'. Namun, untuk bekerja di Pinang, apalagi, seperti pekerjaan ku, sebagai kuli. Merupakan tantangan yang berat.

Kenapa? Aku sendirian di sini, di suruh meliput kriminal, pemerintah dengan jarak satu lokasi dengan yang lain, sangat berjauhan.... Sudah begitu, susahnya mencari angkutan. Coba bayangin aja, dari tempat aku tinggal sementara sampai ke DPRD Kepri yang berada di Batu 11, membutuhkan waktu satu jam....

Belum lagi, aku harus ke Pemprov, bila ada kegiatan yang berada di Jalan..... (aku lupa namanya) membutuhkan waktu dari DPRD Kepri ke sana membutuhkan waktu sekitar 45 menit... Coba, bayangin aja. Betapa susahnya mencari angkutan. Sudah begitu, KL (koordinator liputan), membuat ku makin bete. Mank, mudah apa.

Kalau dipikir-pikir seh, mank tanggung jawab dia juga. Tapi, ya lihat sikon donk. Sudah berapa banyak dana yang aku keluar untuk ongkos. Minimal sehari, khusus untuk ongkos aku harus spend uang Rp60 ribu. Naik ojek.

Untunglah, kadang-kadang, ada kawan yang memberikan tumpangan. Jadi bisa menghemat 'dana' sedikit. oh my God, what can I do? I wish someone understand what I need. Mudahan aja, aku bisa bertahan satu bulan di sini. Sudah syukur deh...

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health