Anne masih asyik membalik-balik buku yang baru dipinjamnya dari kawannya. Buku yang menarik untuk dibaca. Bila kamu masih merasa jomblo. Meskipun sudah memiliki pacar. Anne masih berasa sendiri. Jarak jauh membuatnya merasa masih memegang status single. Meskipun terkadang sang kekasih sering menelpon maupun bertandang ke rumahnya.

Buku membuat pria jatuh cinta membuatnya tersenyum saat membaca baris demi baris karangan Trancy Cabot. Review dibelakang buku itu, saat Anne ingin meminjamnya berisikan mengenai bagaimana menemukan cinta dalam hidup Anda; Menemukan cinta sesuai keinginan; Memenuhi kebutuhan cinta lahiriah dan batiniah; Membangun kepercayaan dan hubungan baik dalam sekejap; Melabuhkan kebahagian dengan sentuhan ajaib; Membuat kekasih mengatakan 'Ya' tanpa disadari, dan tanpa dipaksa; Mempertahankan cinta agar abadi.

Anne benar-benaran penasaran dengan isi buku tersebut. Karena Anne merasa yain bahwa menemukan cinta yang benar-benar sejati sangat susah. Apalagi menemukan cinta sesuai dengan keinginan, itu sama saja mencari jarum diantara hamparan pasir, yang pada kenyataan imposible --mustahil--. Ditambah membangun kepercayaan dan hubungan baik dalam sekejab. Itu tidak akan mungkin bisa. Karena Anne sangat tahu, banyak hubungan rumah tangga hancur. Lantaran tidak ada lagi saling percaya dalam hubungan tersebut.

Saat Anne sedang membaca lembar demi lembar buku yang bersampul berwarna pink itu. Telepon rumah Anne berdering. Anne enggan meninggalkan bangku empuk di ruang tamunya yang ditata seapik mungkin. Anne pun menyeretkan langkahnya.

''Hallo,'' ujar Anne pada orang disebrang sana.

suara isak tangis terdengar, ''Anne, lo lagi sibuk ya,'' tanya suara dari sebrang sana, dan Anne baru menyadari itu adalah Ratih --sabahat kawannya--

''Tidak jawab,'' jawab Anne. ''Aku hanya bersantai sambil membaca buku. ''Ada masalah,'' tanya Anne cemas.

''Aku bingung harus mengadu pada siapa. Boleh aku ke rumah mu sekarang. Semua kawan ku pada sibuk,'' pintanya.

''Tentu saja,'' jawab ku cepat. ''Aku tunggu ya,''

***

''Memangnya ada apa,'' tanya ku, saat Ratih sudah datang ke rumah. ''Sebentar ya, aku buatkan minum, sama cake. Kemarin, aku belajar masak kue.

Ratih hanya menggangguk pelan dan tersenyum hambar. Seperti sedang tidak berada di rumah Anne. Anne pun segera kembali membawa dua cangkir coklat panas dan dua potong cake, serta snack dalam toples yang berwana ungu. senada dengan gelas dan lepek yang dibawanya.

''Kalau kamu mau cerita, cerita aja. Sapa tahu aku bisa membantu kesusahan mu,'' ujar Anne sambil meletakan gelas dengan motif gambar anggrek di depan Ratih.

''Aku bingung,'' tuturnya lirih. ''Kamu tahu, usia ku sudah lebih dari tiga puluh tahun dan orangtua ku meminta aku segera menikah. Tetapi, sampai saat ini, aku belum bisa menemukan pria yang cocok dan mengerti keadaan ku.

Anne hanya mendengarkan prihatin, tanpa mau memotong pembicaraan Ratih yang sejujurnya lebih ditunjukan pada dirinya sendiri. Teman-teman ku,' lanjut Ratih, sudah pada menikah dan aku sendiri masih belum. Hubungan ku dengan mantan-mantan pacar ku, selalu putus sambung. Karena perbedaan prinsip dalam hidup.

''Kenapa masalah ini membuat kamu sebegitu merana,'' tanya ku.

Wajah Ratih semakin murung mendengar perkataan Anne. Katanya, kamu tidak tahu. Bagaimana orang-orang memandang ku. Bahkan orangtua ku mencoba menjodohkan aku dengan A, B, C. Padahal, mereka tahu. Aku masih ingin menikmati hidup ku.

''Aku juga ingin memiliki anak, tetapi tidak saat ini,'' kata Ratih lagi.

Anne tersenyum dan berujar, ''Aku juga ingin punya anak, suami, tetapi tidak saat ini. ''Sabar aja ya, mencari pria yang cocok dengan keinginan kita memang sulit. Tetapi, kamu tidak perlu mendengarkan apa tanggapan orang,'' ujar ku. ''Kita hidup untuk diri kita sendiri. Bukan untuk orang lain,'' kata ku bijak.

Ratih diam saja, ia hanya memainkan potongan cake tape yang ku berikan padanya. Mau mendengar cerita tak?'' tanya ku padanya.

Ratih memandang wajah ku lama dan dalam. Kemudian, wanita berambut panjang itu pun menganggukkan kepala. ''Cerita tentang apa?,'' tanyanya.

''Tentang kawan ku,'' jawab ku santai.
***

Anne bercerita mengenai kawannya yang baru menikah diusia 33 tahun keatas. Tidak sedikit kawannya yang menikah diusia kepala tiga. Kali ini kkisahnya mengenai, sebut saja namanya Evelyn --baca ivelin-- Evelyn berusia tiga puluh lebih. Bekerja disebuah penerbitan surat kabar lokal di kota XXX. Dia memiliki wajah yang menarik dan postur tubuh yang kecil.

Banyak pria yang menyukainya. Meskipun Evelyn tidak menyukainya, tetapi ia selalu bersikap ramah padanya. Pada pria yang menyukainya. Sehingga kaum pria selalu salah mengartikannya, hingga suatu ketika terjadi lah hal yang tidak diinginkan.

Waktu itu, Evelyn sedang berjalan dengan Sylvia --baca Silvia-- Memang sudah malam, jam menunjukan pukul 22.00 WIB setempat. Evelyn baru selesai mengerjakan pekerjaannya. Mereka berencana untuk karoke bersama. Disaat lelah dan suntuk dengan rutinitas sehari-hari, sylvia dan Evelyn selalu meluangkan waktu untuk berkaroke di salah satu KTV yang nyaman dan murah ataupun sekedar makan siang bareng or nonton bareng.

Persahabatan itu terbina tanpa disadarinya, mereka sama-sama merantau ke daerah entah brantah dan saling cocok satu dengan yang lain. Karena sifat mereka tidak suka membicarakan orang lain. Mereka lebih senang membicarakan diri mereka sendiri yang segudang dan tak pernah habis. Daripada bergosip. Apalagi, mereka berdua memang tidak pelit dan senang hunting berbagai makanan fastfood terutam pizza.. Em.. lezat tentunya. Sambil ngerumpi tentang pengalaman yang sudah dilalui, sambil bercanda gurau dan cuci mata, melihat pria-pria tampan dari kejauhan.

Nah, pada saat Evelyn dengan Sylvia hendak masuk ke dalam mobil sedan berwarna merah. Tangan Evelyn ditarik pria dengan kasar yang notabenya adalah rekan kerjanya. Tentu saja Evelyn marah. ''Kamu janji jalan sama aku malam ini,'' ujar pria itu kasar.

''Kapan?,'' tanya Evelyn ketus.

''Beberapa hari yang lalu,'' ujarnya masih tetap menarik tangan Evelyn.
Evelyn yang memang merasa tidak ada buat janji dengan itu pria jelas-jelas menunjukan penolakannya dan memasang wajah jutek dan marah. ''Aku sudah janji ma kawan ku untuk tidur di rumahnya dan kami mau makan malam bareng,'' tolak Evelyn.

''Tidak bisa,'' tutur pria itu bersikukuh. Pergelangan tangan Evelyn pun semakin sakit dipegang dan ditariknya. Everlypun hampir terjungkal. Sedangkan Sylvia hanya bisa memandang bingung harus berbuat apa. ''Dia kan ceweq, tidak mungkin kan dia ku biarkan pulang sendiri, apalagi jalanan sepi begini,'' tegas Evelyn. ''Kalau, kamu macam-macam lagi, aku teriak neh,'' ancam Evelyn.

Membuat nyali pria bertubuh besar dan gelap itu pun menciut. ''Siapa seh dia,'' tanya Sylvia, begitu pria itu langsung menyalakan motornya dan meninggalkan kami. Sylvia melihat Evelyn memegangin pergelangan tangannya yang masih sakit.

''Jadi kemana neh kita? Nonton or karoke,'' tanya Sylvia lagi pada Evelyn.

''Sepertinya enakkan karoke deh. Biar aku bisa teriak-teriak,'' ujar Evelyn.

Syvia pun menjalankan mobilnya dan berhenti di tempat yang sudah familiar bagi mereka berdua. Setelah memesan minuman dan kamar karoke pun, kedua sahabat itu pun langsung ke atas. Bernyanyi bergantian dan teriak-teriak mengusir bete dan suntuk, serta kekesalan sampai suara habis. Setelah itu pun mereka pulang.

''Dia sering memaksa aku untuk jalan dan dia ngajak aku untuk menikah. Tentu saja aku tolak,'' tutur Evelyn saat dalam perjalanan ke rumah ku.

Kata Evelyn, usia ku memang sudah tua, tetapi bukan berarti aku harus menikah dengan pria asal comot. Dia suka ma aku, aku langsung nikah ma dia.

''Inikan kehidupan yang panjang, jangka waktu panjang. Tidak bisa sembarangan. Biar saja, orangtua ku terus mendesak agar aku segera menikah. Tetap saja, aku pada pendirian ku,'' tegas Evelyn.

***

Sejak kejadian malam itu, gosip di kantornya pun beredar bahwa Evelyn lesbian dengan Sylvia. Hal tersebut tidak digubris Evelyn. Karena dia tahun dan yakin yang membuat gosip itu adalah rekan kerja yang meja kerjanya tidak jauh dari meja kerjanya.

Setiap orang tanya dengan santainya wanita berambut sebahu itu pun menjawab, kalau memang bener kenapa?

Ternyata gosip itu pun semakin kencang ditambah kondisi kantor yang sudah tidak kondusif membuat Evelyn mengambil keputusan meninggalkan kota XXX menuju kota YYY. Begitu, Evelyn meninggalkan kota XXX untuk kembali ke kota dimana ia dibesarkan dan keluarganya berada. Ia pun menemukan jodohnya.

''Sylvia,'' sapa Evelyn saat Sylvia mengangkat telepon.

''Evelyn ya, pa kabar. Kemana aja kamu. Mentang-mentang dah pindah lupa ma kawan,'' cerocos Sylvia.

''Aku mau kasih tau neh, bulan depan aku akan menikah kalau tak ada halangan,'' ujar Evelyn dengan nada suara riang.

''Serius, selamat ya. Sama siapa, jangan bilang sama pria itu,'' tutur ku turut senang.

''Ya, nggak sama kawan lama. Kami ngak sengaja temu dan tahu sendiri lah. Bagaimana jadinya,'' tuturnya bersemangat.

''Ditunggu undangannya ya,'' ujar Sylvia.

''Pasti, aku benar-benar bahagia. Terutama orangtua ku. Jadi, ngak perlu bingung bukan dalam menentukan pria idaman, mereka akan datang tanpa disadari. Asalkan berdoa dan berusaha,'' Everlyn memutuskan pembicaraan.

***

Masih banyak lagi kisah cinta bukan hanya kisah cinta Everlyn. Jadi tunggu kisahnya ya....

--cerita ini hanya fiktif lho--

By Citra Pandiangan

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health