Hari ini berbeda seperti biasa, Anne sedang pergi ke rumah bersalin. Bukan untuk melahirkan. Karena Anne masih mempertahankan status single yang melekat pada dirinya. Ia enggan berkomitmen dengan pria, meskipun ia telah memiliki kekasih yang bekerja sebagai EO di Jakarta. Namun, ia enggan untuk melakukan hubungan serius dengan kekasih yang sudah menjalin hubungan tiga tahun lebih. Padahal, sang kekasih sudah mengajaknya untuk menjalin hubungan lebih jauh lagi, tetapi selalu ditolaknya dengan seribu alasan.

Anne jarang mau berhubungan dengan rumah sakit, meskipun itu klinik. Bau obat membuatnya merasa jadi tak enak badan. Segala hal yang berhubungan dengan rumah sakit selalu dihindarinya.

Kini, ia terpaksa datang ke rumah bersalin. Meskipun bersih, tetap saja membuatnya malas berlama-lama. Namun, begitu melihat bayi sahabatnya yang lucu. Ia melupakan rasa mulal akibat berbagai bau obat-obatan yang ada di rumah sakit. Apalagi kunjungannya ke kamar Tia merupakan jam makan si baby. Sehingga ia bisa melihat tubuh mungil yang dibalut selimut yang berwarna ungu dengan motif bunga-bunga yang menarik.

Wajahnya tak berdosa, lugu dan lucu. Mengemaskan, kalau sudah usia satu tahun, pasti pipi montoknya bisa 'hancur' karena kena cubit gemes dan sayang dari saudara-saudaranya bahkan teman-teman mamanya. Bayi itu itu diberi nama Fransisca, lahir di bulan Oktober. Bahkan, sangking gemesnya, Anne mengabadikan Fransisca dalam bentuk picture di ponselnya.

''Lucu banget anak mu Ta,'' ujar Anne tanpa lepas memandang wajah yang sedang melahap susu pada bundanya.

''Makanya, cepetan donk nikah. Biar bisa punya baby,'' kata Tia sambil mengelus kepala Fransisca yang masih berbau samphoo.

''Mank, harus menikah dulu ya. Baru bisa punya anak,'' tanya Anne.

Pertanyaan tersebut tentu saja mengejutkan Ita. ''Ya iyalah,'' ujarnya cepat sambil memandang Anne bingung. ''Kalau mau punya anak ya harus nikah dulu, mank bisa dengan ajaib tiba-tiba punya anak,''

''Adopsi,'' jawab ku cepat untuk memendangkan argumen ku.

''Mana bisa, kamu kan belum menikah, mana bisa mengadopsi anak,'' ujarnya sambil tetap memandang Fransisca, bayi mungil yang nyaman berada dalam pelukan bundanya.

''Menikah kaya kamu untuk mendapatkan status, lalu ditinggal suami. Ogah aku,'' tutur ku. Aku tersentak kaget saat menyadari apa yang sedang aku bicarakan. ''Maaf,'' kata ku sambil mengampirinya. ''Aku tak bermaksud,'' ujar ku jadi serba salah.

''Aku tahu,'' sebutnya cepat tanpa memalingkan wajah dari bayinya.

''Tapi kamu beruntung memiliki Fransisca. Itu yang terpenting bukan dari segala hal di dunia ini,'' ucap ku sambil memegang lengannya. ''Kamu tahu, kamu orang yang paling beruntung,''

Dia hanya memandang ku hambar. ''Maaf kan aku,'' kata ku lirih.

''Kamu ini, santai aja lagi. Aku tahu, pasti kamu akan bilang begitu. Kamu kan wanita berdarah dingin terhadap pria,'' kata Ita sambil tertawa dan membuat Fransisca yang sedang terlena dipelukannya tersentak kaget dan langsung tertidur kembali hanya dengan belaian lembut sang bunda.

***

Kenapa pria itu selalu ingin menang sendiri dalam segala hal. Terkadang, kebanyakan wanita yang selalu menjadi korban. Sedangkan pria selalu saja dapat menikmati kesenangan yang dia mau dan pergi tanpa meninggalkan jejak.

''Aku benci pria,'' keluh Anne sambil tetap memandang jalanan gelap menuju rumahnya.

Pria itu egois dan selalu ingin menang sendiri, tidak mau disalahkan dan ini sudah terbukti banyak kasus. Meskipun tak semua pria seperti itu. Tapi, kalau dibandingkan 10:1. Sedikit untuk bisa menemukan pria sejati. Anne kembali mengingat pembicaraan dengan teman lamanya.

Saat itu, Anne sedang berada di Hongkong, mencari beberapa trend fashion yang akan menambah style salon kecilnya. Apalagi, beberapa minggu tulisan untuk di kolom majalah dwi mingguan juga sudah selesai dikerjakan, article itu kini sudah berada di meja redaksi majalah dwi mingguan. Akhirnya, Anne memutuskan pergi untuk berjalan-jalan. Sekalian untuk mengupdate trend fashion nail dan juga sedikit busana fashion yang akan dipajang di salon plus butik kecilnya.

Waktu itu, Anne mendapat kabar bahwa sahabatnya yang di Jakarta telah melahirkan dan suaminya tak pernah kembali. Sungguh kejam. Anak pertama yang dilahirkan itu sejak dikandungan tak pernah dilihat ayahnya. Sungguh aneh dan tak bisa masuk akal. Kenapa ada pria yang begitu tega meninggalkan istri tanpa alasan yang jelas? Pertanyaan yang susah untuk di jawab.

Anne jadi ingat pada waktu mereka liburan bareng beberapa kawan yang kebetulan beberapa diantaranya membawa kekasihnya ke Singapura. Fannya tampak mesra dengan Danny, sang kekasihnya. Selama perjalan akhir pekan itu, meskipun pada saat itu ngumpul bersama-sama, mereka tampak serasi dan selalu menghabiskan waktu berdua dengan canda dan tawa bahagia. Sungguh tak masuk diakal, begitu menikah, sikapnya langsung berubah 100 persen, yang dulunya ramah, kini jadi angkuh. Kehidupan Fannya pun tak lagi bahagia, meskipun ia mengandung anak pertamanya, suaminya tak pernah pulang. Malah minta ditugaskan ke Manado tanpa persetujuan istrinya.

Entah apa permasalahan yang terjadi pada mereka, tetapi jelas, ia tak bertanggungjawab atas hubungan yang mereka sudah ungkapkan janji di depan saksi dan tamu undangan dan di depan Tuhan untuk saling berbagi disaat suka dan duka, sakit dan senang, janji itu meluap begitu saja. Sungguh ironis....

''Aku sedih banget, masa selama aku mengandung, Ia tak pernah datang. Ia pergi saja tanpa kabar,'' ungkap Fanny sedih, begitu aku mendapat kabar dan aku langsung menelponnya.

''Kenapa?,'' tanya ku.

''Alasannya orangtuanya tidak menyetujui hubungan ini,'' isaknya.

''Tapi kan kalian sudah menikah, seharusnya ia bisa mengambil sikap tegas donk,'' ujar ku geram.

''Dia pindah tugas tanpa bilang, Aku harus bagaimana. Bahkan sampai aku melahirkan pun ia tak pernah datang,'' katanya lirih.

''Ya, sudah sabar aja ya Fan. Cobaan, kamu masih bisa bertahan tanpa tuh laki-laki bajingan,'' kata ku dengan kesal.
''Kamu kan punya pekerjaan yang bagus, kamu bisa hidup tanpa dia. Tunjukan kamu mampu. Kalau suatu hari dia datang memohon, jangan mau,''

Ku dengar ia menghela nafas. ''Itu juga yang dikatakan mama. Aku harus tegar demi Erlina. Dia butuh aku, seharusnya aku bahagia ya,'' ucapnya lirih.

''Ya, kamu seharusnya bahagia dan suatu saat anak mu tanya mengenai ayahnya kamu bisa menceritakan semuanya. Bahwa sejak di dalam kandungan ia tak pernah datang,''

''Aku tahu. Tak kan ku biarkan ia melihat anak ku, Meski dalam foto. Tapi ini sangat berat An,'' suara lirih dan helaan nafas terdengar di sebrang telepon.

''Kamu bisa bertahan, aku yakin itu. Berdoa ya, aku juga akan mendoakan mu agar bisa survive,'' ujar ku. ''Semangat, kamu bisa,'' kata ku lagi.

Setelah sebulan berlalu, sejak anaknya lahir. Mulai terdengar lagi kabar mengenai Fannya. ''Eh, tau ngak anak ku lucu banget, dah masuk kan MMS yang ku kirim?,'' tanyanya saat ku angkat ponsel ku.

''Iya, gemesin banget. Ntar kalau aku ada waktu, aku ke tempat mu deh. Dalam waktu dekat, aku mau ke Jakarta,'' ujar ku.

Fannya menceritakan, Danny mencoba datang ke rumahnya untuk bertemu dengannya tetapi ditolaknya. ''Aku tak mau dia melihat anak ku. Aku sudah tak takut dan sedih lagi. Hidup ku hanya untuk Erlina,'' ucapnya semangat.

''Berani banget dia datang ke rumah mu. Sudah ngak mendukung secara moral, enak aja,'' kata ku kesal mendengar ceritanya.

''Aku akan berjuang dan bertahan demi anak ku. Karena dia satu-satunya kebahagian ku dan harapan ku. Aku bangga memiliki anak seperti dia,'' sehut Fannya lagi.

''Ya, aku tahu itu. Kamu pasti bisa menjadi ibu yang baik bagi Erlina. Aku yakin itu, ASAP aku bakal kesana deh. Mudahan ga ada halangan ya,'' ujar ku berharap.

''Iya, aku tunggu. Eh, sudah dulu ya, Erlina dah bangun neh. Ntar disambung lagi,'' katanya.

''Oke, sampai nanti,'' jawab ku sambil menutup telepon.

***

Seorang wanita itu bisa tegar
Meskipun hatinya dilukai seribu kali
Wanita itu bisa menjadi super
Saat melindungi anak yang dikasihinya

Wanita akan selalu bertahan meski dalam kesusahan
Tak ada wanita yang kan menyerah..........
Saat melihat bayi tak berdosa
Meskipun hidup pahit sebagaimana pun
Ia akan terus bertahan

Karena wanita adalah wanita
Wanita yang beragam dan menarik
Karena hidup itu perjuangan
Untuk melihat perkembangan anak yang dikasihi

Tak gentar melawan maut
Tak gentar melawan sakit
Tak gentar meskipun pria meninggalkannya
Wanita akan lemah saat anaknya menderita
Saat anaknya sakit
Karena harapan dan tumpuannya hanya pada sang kekasih
Buah hati yang tercipta dengan sempurna......

to my best friend... Don't Give Up

@ by Citra Pandiangan

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health