Manusia dilahirkan berbeda dari yang lain. Dari segi jenis kelamin ada dua golongan wanita dan pria. Bagaimana dengan orang sejenis ku. Aku tak pernah menginginkan hidup seperti ini. Hidup menyukai sesama jenis. Aku tidak pernah memikirkan, apalagi menginginkannya.
Demi Tuhan, kalau bisa. Aku ingin menjadi normal, sama seperti yang lainnya. Tetapi, aku tak bisa. Aku sudah berusaha dan berusaha, tetapi semuanya sia-sia. Kelainan ini baru ku sadari sejak aku duduk dibangku SMA. Aku menyukai guru ku, sama seperti murid yang lain mengagumi guru. Namun bedanya, aku jatuh mengangumi dan jatuh cinta dengan guru olahraga ku.
Disitulah, aku mulai menyadari bahwa aku berbeda, tetapi itu ku rahasiakan dari siapa pun. Aku hanya berusaha mencari kesempatan agar bisa berada dekat dengan guru olahraga ku. Rasanya bangga dan damai. Menatap wajahnya, tubuhnya yang seksi. Menatapnya diam-diam, karena aku tidak berani terang-terangan. Ini menjadi rahasia besar dalam hidup ku.

Ku lewati masa itu seorang diri, aku sendiri tidak berani mengekspresikan keberadaan ku, karena aku takut penolakan dan pandangan aneh yang akan ditujukan kawan ku.
‘’Woi, Wan. Melamun aja,’’ tegur Anto. Saat melihat ku duduk di depan kelas.
‘’Memangnya mau ngapain To,’’ balas ku sambil memukul ringan lengannya. Saat Anto duduk disebelah ku.
‘’Main basket kek, apa kek. Pagi-pagi dah melamun. Sudah lihat pak Teguh belum?,’’ Tanya Anto.
Mendengar namanya disebut-sebut, hati ku langsung berdetak kencang. Deg, deg, deg. Aku sampai takut, Anto mendengar suara detak jantung ku. Bahkan kuping ku pun terasa panas dan wajah ku, berubah merona. Untung, Anto tidak menyadari perubahan yang sebenarnya membuat aku sendiri bingung. Maksud dari itu semua.
‘’Aku belum ada melihatnya,’’ jawab ku, setelah menenangkan keadaan ku beberapa detik, agar Anto tidak menyadarinya.
Anto hanya menganggut-manggut dan menatap halaman basket yang masih kosong. ‘’Aku harap pak Teguh ngak masuk. Aku lagi malas lari neh. Soalnya, kita kan mau ada pengambilan nilai praktek lari. Lagi ngak mood,’’ ujar Anto sambil berdiri.
‘’Mau kemana?,’’
‘’Dalam kelas, tidur,’’
***
‘’Pagi anak-anak,’’ sapa pak Teguh, saat memasuki kelas III B. ‘’Sudah siap?’’
‘’Pagi pak Teguh,’’ balas murid-murid kelas III B SMA X serentak.
‘’Sudah siap mengambil penilaian lari hari ini,’’ ulang pak Teguh semangat.
Kawan-kawan ada yang teriak belum dan siap. Suasana kelas menjadi riuh. Seperti biasa dengan wibawa seorang guru Teguh Riandi berhasil meredam suara riuh anak-anak yang terkenal bandel di SMA X Surabaya.
Lapangan yang tadi paginya sepi, kini nampak kawan-kawan yang sudah menggenakan seragam sekolah melakukan pemanasan sebelum berlari untuk pengambilan nilai untuk kelulusan.
Tubuh seksi guru olahraga membuat ku semakin bergairah. Gerakannya membuat ku tak berdaya, pandangan mata ku tak pernah lepas darinya. Seksi, pikir ku. Rasanya ingin ku utarakan rasa cinta ku padanya.
Aku tidak menyadari bahwa aksi curi-curi pandang ku terhadap guru, khususnya pak Teguh diperhatikan Riyan. Riyan merupakan murid pintar disekolah dan menjadi puja-pujaan para gadis di sekolah. Namun, anehnya Riyan selalu dingin dengan para gadis yang merupakan penggemar beratnya.
***
‘’Iwan, tunggu,’’ teriak Riyan, suatu ketika di lorong sekolah.
‘’Em, ada apa?,’’ Tanya ku saat langkah kakinya sudah sejajar dengan langkah ku dikoridor sekolah.
‘’Orangtua ku sedang pergi keluar kota, aku ngak ada kawan neh. Temanin aku di rumah ya. Hari ini aja, yang lain lagi pada sibuk,’’ tuturnya sambil memeluk ku.
Pelukan Riyan membuat badan ku merinding. ‘’Aku ngak tahu, mana dikasih ijin ma orangtua ku,’’ ungkap ku.
Riyan hanya tertawa saja mendengar jawaban ku. ‘’Udah tenang saja, nanti aku yang minta izin sama Prabowo,’’
‘’Ya, kalau kamu yang mau bilang sama ayah ku, ya ngak papa,’’
‘’Ok, ntar pulang sekolah. Aku ke rumah mu ya. Kamu siap-siap saja ya,’’ tuturnya sambil meninggalkan ku dengan kebingungan ku sendiri.

Riyan memenuhi janjinya, dia datang ke rumah dan meminta izin ke orangtua ku. Orangtua ku mengijinkan agar malam ini aku menginap di rumah Riyan. Entah bagaimana dia menyakinkan orangtua ku yang keras, khususnya ayah ku Prabowo.
‘’Tuh kan gampang,’’ ujar Riyan sambil menghempaskan tubuhnya saat tiba di rumahnya.
            Ruangan rumah Riyan terkesan minimalis moderen dengan berabagai furniture yang ada di ruangan yang berukuran 4 x 6 meter itu. ‘’Memangnya, kamu bilang apa?,’’ Tanya ku. Riyan hanya tersenyum manis dan membolak-balik majalah playboy. Melihat aku menungu jawabannya. ‘’Gampang tuh, Wan. Aku bilang aja, kita harus mengerjakan tugas kelompok dan harus dikumpulkan besok,’’ ujarnya sambil melempar majalan yang tadi dibukanya.
‘’Wow, baru tahu aku. Kalau kamu berbakat berbohong juga,’’ tutur ku sambil tertawa.
Riyan memandangi ku dengan tatapan yang aneh. Aku tidak mengerti arti tatapan matanya itu. ‘’Wan, kamu suka guru olahraga itu ya,’’ tanyanya membuat ku sedikit terkejut.
‘’Maksudnya,’’
‘’Pura-pura ngak tahu ya. Aku sering melihat mu menatapnya dalam-dalam, seperti orang lagi jatuh cinta,’’ jabar Riyan membuat ku kaget.
‘’Ngak lah, perasaan mu saja kali,’’ elak ku.
‘’Ngak usah bohong, aku juga suka dia. Namun dia tidak bisa dijangkau. Bagaimana kalau kamu sama aku saja,’’ ujarnya sambil mendekati ku.
Pada saat bilang begitu, tubuh Riyan mendekati ku dan membisikkan kata-kata pada telinga ku yang tidak bisa ku jabarkan. Karena bisikannya membuat jantung dan nafas ku seakan-akan berhenti. Melihat aku diam saja, Riyan lalu melakukan aksinya, tangannya disentuhnya pada tengkuk leher ku. Lalu, mencium leher ku, membuat ku terhentak kaget dan segera berdiri dari tempat tidur.
‘’Apa-apaan seh,’’ ujar ku marah bercampur senang.
‘’Kamu suka kan,’’tanyanya tanpa memperhatikan ekspresi ku yang kesal.
‘’Sudah tidak usah ditutup-tutupin. Aku tahu kamu berbeda dengan yang lain. Kamu tidak suka wanita. Kamu suka pria kan. Jadi, cobalah dengan ku. Karena aku sering memperhatikan mu. Kapan lagi, kamu mau menyalurkannya,’’

Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

3 komentar untuk Cinta Itu Membunuh Ku

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health