Berkunjung ke Perpusda Kedua Kali

Dua hari lalu, aku menyempatkan diriku untuk berkunjung ke Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kepulauan Riau (Kepri). Aku masih belum melihat lantai duanya, karena aku terfokus pada lantai dasar yakni ruang buku anak-anak. Aku lagi tergila-gila dengan buku anak-anak. Pengennya seh, menambah koleksi buku anak berjibun, tetapi apa daya, belum memiliki anak, jadinya mubajir bukan? Jika, ponakan dekat, tentu tidak mubajir membeli banyak buku. Jadinya, aku hanya memiliki beberapa koleksi buku anak yang aku beli sendiri.


Hal itu bertujuan untuk membuatku bisa melihat kembali buku-buku yang menarik untuk dijadikan contoh, khususnya buku pictorial books. Maaf, jika aku merasa cemburu dengan banyaknya buku luar dan buku lokal, khususnya buku anak-anak, ada begitu banyak yang bagus dan menarik hati. Rasanya seperti kembali ke zaman masa kanak-kanak. Tidak ada tekanan dalam hidup, target masa depan dan semuanya hanyalah kesenangan dan belajar. Sungguh masa yang indah bukan?

Masaku bukanlah Masamu
Sebagai titik awal menjadi penulis buku anak, karena baru akhir tahun 2015 aku mencoba membaktikan (ceile gaya banar) diri sebagai penulis buku anak. Hal itu tidak terlepas dari, banyaknya anak-anak yang sudah bersikap tidak sopan alias moralnya berbeda pada masa kita dulu. Saat itu, aku melihat anak-anak remaja yang marah-marah, karena ada seorang ibu yang sudah tua meminta bangkunya. Saat itu, posisiku memang jauh dari mereka. Sehingga, aku tidak bisa mengoverkan bangkuku untuk ibu itu. Aku hanya bisa menggelengkan kepala saja.

Hal inilah yang membuatku ingin menulis buku-buku yang sebaik mungkin agar anak-anak mulai ditanamkan akal budi, kebaikan dan kesopan santunan untuk masa depannya. Tidak bisa disalahkan, orangtua yang sibuk bekerja, anak di asuh oleh pembantu atau baby sitter. Sehingga anak-anak jadi tidak memiliki toleransi yang baik.

3 jam 30 Buku Cerita Anak
Wah, seru banget waktu membaca buku cerita anak di Perpusda. Sampai-sampai tiga jam aku menghabiskan 30 buku cerita anak. Semuanya aku lahap mulai dari cerita bergambar hingga buku novel anak, kumpulan cerpen, kalau kumpulan dongeng belum sempat menemukannya.  Dari tiga puluh buku anak yang aku baca, pasti dong ada yang menarik minat dan hatiku, tentu saja, salah satu judulnya dalah Gecko go to sleep. Cergam alias Pictorial book dari buku luar, aku nggak nyangka bisa menemukannya di perpusda. Padahal, aku cari untuk baca online di website tidak pernah menemukan buku satu ini.

Buku ini dikatakan sebagai buku anak forever, wow, double thumbs dah. Saat membacanya aku sampai mengulang tiga kali, melihat gambar dan ceritanya, sebenarnya biasa saja. Buku ini menceritakan seekor tokek yang suka kali komplain karena kunang-kunang selalu berkelap-kelip di dekat rumahnya sehingga ia tidak bisa tidur. Ia melapor pada gajah, kepala desa di tempat itu.  Lalu, gajah menanyakan kunang2 keesokan harinya, ia memberikan alasan yang masuk akal. Ia berkedip karena ia tidak ingin ada orang yang menginjak kotoran kerbau. Alasan itu diberikan kepada tokek, tokek meminta gajah menegur kerbau karena dari dialah sumber masalahnya.

Point dari cerita itu adalah kita tidak bisa selalu mendapatkan apa yang kita inginkan. Keren ya!! Semoga, suatu saat nanti, aku bisa menghasilkan buku sepanjang masa. Seperti penulis-penulis hebat asal Indonesia dan juga luar negeri. Seru lho membaca buku mereka, bagaimana mereka bisa memiliki ide yang sebegitu cemerlangnya, hal itulah yang membuatku cemburu. Cemburu dalam artian, aku juga harus bisa melakukan hal yang sama. Sepertinya tidak tepat menggunakan kata cemburu, melainkan motivasi haha..

Salam

 


Artikel Terkait:

Silakan pilih sistem komentar anda

1 komentar untuk 3 Jam 30 Buku Cerita Anak

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health